Kamis, 19 Februari 2009

Riwayat

Ilalang Merah yang Menyeruak Kedasar Laut

Ilalang terbakar mentari siang yang mengertak,
Desiran angin dan auman sianga hanya menjadi kabar angin belaka.
Tiba saatnya dia ingin berdusta, memberontak dalam lingkaran takdir.
Akhirnya dia menjadi jalak yang terbang terbawa mimpi dan khayalan para pendeta,
Kemudian jatuh ke samudra, dan hilang ditelan ombak.





Riwayat Buku Harian Seorang Simpanan


Dimataku akulah manusia paling hina diantara binatang yang hina,
Dari semenjak lahir sedikitpun aku tak berniat seperti ini, seperi matahari yang menabrak atmosfer bumi ini.
Aku tak tahu apa dayaku untuk menentang ini aku tak sanggup,
Aku hany bias tertawa dalam kepahitan dan menjalani takdir ini dengan senyuman kesengsaraan,
Inilah diriku, diri yang tak bersih yang rela di jadikan simpanan, apa ini salah ku atau salah orang tuaku?
Yang jelas ini bukan salah Tuhan, atau salah malaikat!
Rasanya ingin sekali aku bunuh diri
pada saat itu pernah sebilah pisau akan menembus leherku, tapi suara akau mendengar suara yang membangunkan ku, suara itu melarangku untuk melakukan pembunuhan terhadap pribadiku sendiri,
suara itu berkata bahwa kematian hanya akan menambah beban dan dosa semata.
Aku jatuh tersungkur dan hanya bias meratap dalam tangisan,
Aku tak bisa apa-apa lagi hanya berharap perubahan akan menyinggahi hidupku.





Keajaiban Tatkala Kekasih Pergi

Untaian perasaan sang ibu menerima goncangan kuat.
Goncangan yang amat hebat setelah mengetahui sang suami berpulang ke alam mimpi.
Suami pergi, anak pergi, saudara pergi……..
Tangisan hanya membawa beban.
Cacian hanya membuat riskan.
Hanya do’a yang selalu dia berikan agar semuanya cepat kembali.
Setelah berhari-hari, berbulan-bulan , bertahun-tahun, masa-masa genting dilalui.
Tersenyumlah sang ibu akhirnya melihat kasih sayang illahi.

Tidak ada komentar: