Kamis, 19 Februari 2009

cerpenku

Perginya Kau Gadis Kecilku

Masih di waktu yang sama aku memejamkan mata karna tak tahan dengan air mata yang terus menerus mengalir, dan kesakitan pun masih setia menemani perjalanan ku ini.
Ceritaku ini bermula dari suatu tempat yang bernama Verishotike, daerah selatan Turbulace. Aku bersama ayahku pindah dari Terishome tepatnya dari Dusun Rushem, yaitu kota kecil yang dikelilingi oleh padang rumput sabana. Dan bagiku Rushem Town adalah kota yang sangat menawan yang pernah kusinggahi.
Sekarang aku pindah ke Verishotike ketempat yang bagiku ini adalah miniature dari neraka, begitu gersang, dan kumuh. Aku teringat tatkala aku bertengkar kecil dengan ayahku saat dia berencana untuk pindah dari Rushem ke Verishotike yang akupun baru dengar bahwa ada kota yang bernama Verishotike, tapi setelah ayahku mengutarakan kepindahan karena tuntutan kerjanya sebagai ahli medis pemerintah yang harus bertugas dari kota kecil ke kota kecil lainnya akupun luluh dan dengan berat hati aku bersedia untuk pindah, kalau dihitung-hitung setelah mendiang ibuku meninggal empat tahun yang lalu mungkin ada tujuhkalinya aku berpindah tempat dari kota yang satu ke kota yang lain, namun keindahan Rushem dan keunikan Verishotike lah yang sangat berkesan dalam hidupku.

Sabtu yang dingin, 7 februari pukul 08.00 pagi
Di sebuah danau di dekat taman kota aku duduk terdiam, dibawah pohon pinus tua dengan pandangan terfokus pada ketenangan danau dan keindahan kota Rushem. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang menutup mataku dengan tangannya dari arah belakang, dan akupun tahu bahwa seseorang itu adalah gadis kecilku. Namanya Crystaly ia tinggal di Greenfield perumahan elit di Rushem, dia itu adalah teman sekelasku di Grething senior High School. Lebih tepatnya dia adalah satu-satunya teman specialku yang paling mengerti dan pengertian pada diriku, Crystaly adalah gadis yang supel,cantik, cerewet dan sangat cerdas, saking cerdasnya dia hanya duduk satu tahun di junior high school dan langsung naik ke Senior high School. Lalu sekelaslah dia denganku walau umurnya lebih muda dariku, sehingga aku memanggilnya dengan sebutan gadis kecil.
“sudahlah Cristaly ini bukan waktunya kau bercanda”, Cristaly pun melepaskan tangannya dan ia pun duduk disampingku. Dengan tatapan yang hangat, dia merasa ada yang aneh pada diriku “kau kenapa Freinsten?” “tak biasanya kau murung seperti itu!”.
“entahlah, Cristy aku hanya bingung saja” (Cristy adalah nama pangilan dari Crystaly)
“apa, kau bingung?, bukankah hidupmu itu sendiri adalah kebingungan, Freinsten!”,”dan kenapa sekarang ini kau merenunginya?” dengan penuh keheranan Cristaly terus menatapku.
Akupun menghirup napas dan menghembuskannya dengan panjang seperti oarng yang lesu,”aku bukan hanya bingung, tapi aku juga….aku juga…”
“aku juga apa?” Crystaly memotong pembicaraanku.
“selain aku bingung, aku juga sedih Cristy!” aku menatap Crystaly dengan serius.
Crystaly menjadi tambah heran dan penasaran, “ayolah Freinsten sebenarnya apa yang terjadi denganmu”, “janganlah kau membuat aku cemas”
Akupun terdiam sejenak,lalu aku membuka tas pinggangku dan aku keluarkan tape recorder miniku, akupun memutarkan kaset firehot, untuk mencairkan suasana yang buatku ini memang sangat amat tegang.lalu terdengarlah alunan lagu you are my religion dari mini tapeku.”kemarin aku bertengkar kata-kata lagi dengan ayahku, dan aku kalah, cristaly’!””sekarang aku benar-benar harus pindah dari kota ini Crsty,!””aku akan pergi sore nanti!”
Suasana sejenak menjadi hening, hanya semilir angin yang terdengar meniupkan dahan-dahan pinus tua.
“serius kah kau Freinsten?”, “kau akan meninggalkanku?” suara Crysty terlihat parau.
Aku tak bisa berkata-kata hanya bisa menundukan kepala,kemudian mengangguk dengan pelan.
Aku tak menyangka Crystaly hanya tersenyum, namun senyuman itu begitu menakjubkan, senyuman itu adalah snyuman yang paling indah kulihat dari seorang gadis kecilku ini.
“kau ingat Freinsten, saat pertama kali kita bertemu?””waktu di kantin sekolah saat jam istrahat, kau menumpahkan segelas minuman kearahku!””dan wktu itu mukamu amat merah Freinsten laksana matahari kepanasan…hahaha” Crystaly tertawa begitu lepas, tapi kulihat dalam tertawanya itu ada suatu kepahitan yang mendera di hatinya. Akupun hanya bisa tersenyum pahit saat terkenang kembali pada masa aku pertama kali bertemu dengan crystal.
Crystaly meneruskan pembicaraannya “waktu itu kau sangat panik, dan kemudian kau memberikan sapu tanganmu kepadaku seraya meminta maaf dan menyebutkan namamau dengan terbata-bata””kenangan itulah yang terindah dalam ingatanku Freinsten, saat aku pertama melihat mata polosmu,senyumanmu, dan tingkah laku konyolmu”. Crstaly kembali tertawa namun tawanya sekarang ini agak pelan.
Aku kembali tersenyum melihat Crstaly tertawa.”aku juga ingat Crsty! saat kau pertama masuk kelas, dan saat perkenalan kau salah menyebutkan nama sekolah kita kau menyebut Greeping, dan kemudian aku juga salah menyebut nama sekolahku sendiri dengan Greeping, tapi itu merupakan kesengajaanku agar kau tidak merasa malu waktu itu!” kulihat Crstaly tersenyum dengan memandangku penuh kesedihan. “dan setelah itu kita pun tertawa bersama anak-anak kelas yang lainnya” aku melanjutkan pembicaraanku.
“ freinsten, namun sekarang kau akan pergi”’dan semua yang kita alami akan menjadi kenangan…kena...ngan yang…” kulihat mata Crstaly mulai berkaca-kaca.
Kupotong omongan Cristaly “tidak Cristy semuanya tidak akan menjadi kenangan, maksudku lebih tepatnya akan menjadi inspirasiku untuk secepatnya kembali ke tempat ini, ke kota yang indah, kota dimana aku bisa menemukan hidupku, kota dimana aku bertemu dengan gadis kecilku, kota dimana aku bisa merasakan indahnya pertemanan”
Dengan nada berat Cristaly bertanya.” Benarkah kau akan kembali kesini, menemuiku yang selalu menunggumu didanau ini, dibawah pohon pinus tua ini?”
“ya Cristy aku pasti kembali, walau aku tak tahu kpan aku harus kembali””tapi percayalah aku akan kembali menemuimu didanau, dibawah pohon pinus tua ini” aku meyakinkan Crstaly.
“kau berjanji, Freinsten?” dengan menitikan air mata Cristaly memhon padaku
“ya aku berjanji, gadis kecilku!” itulah kata terakhir yang aku ucapkan, kalau tidak karna Crstaly berada disampingku, ingin rasanya aku berteriak dan menitikan air mata ini. Akhirnya aku dan Crstaly duduk termenung seraya memandangi danau yang airnya tenang seperti tenangnya perasaan kami saat ini, dengan ditemani semilir angin pagi dan mentari yang tak kunjung menampakan diri.
Itulah saat-saat terakhir aku bersama Crstaly, dan terakhir kalinya pula aku memandang ketenangan danau kota di Rushem.


Minggu sore, 8 februari pukul 15.00
Aku melihat sekeliling rumahku yang baru ini, dan ini sangat mencengangkan bagiku, seperti nightmare di sore hari! Begitu banyak debu dan kulihat atapnya pun seperti mau roboh, banyak sarang laba-laba disudut-sudut dinding. Jauh berbeda dengan rumahku yang dulu saat di Rushem begitu rapi, bersih,dan masih kental dengan aroma pedesaan yang segar, walaupun ruamah ku dulu tak sebesar sperti rumahku yang baru kulihat ini.
“sepertinya kita harus kerja keras merapikan rumah yang barumu ini, Freinten” dengan membawa tas koper besar ayahku membawa aku kesebuah ruangan. “inilah kamar mu Freinsten!”
“ya ayah, kamar yang sangat menarik buatku” kulihat kamar ini tak jauh beda dengan kondisi dengan ruangan rumah ini yang sudah kulihat.
“Freinsten, sekarang kau bersihkan, dan bereskan kamar mu ini”’setelah kau selesai melakukannya bantulah ayah merapikan semua ruangan di rumah ini”
Aku menatap ayah ku dengan muka lemas “baik ayah,”
Kurang dari empat jam kulihat rumah baruku ini tampak lebih indah dari sebelumnya, dan akupun sepertinya akan merasa nyaman tinggal disini. Aku melihat ayahku sedang sibuk dengan dokumen dan arsip-arsip pekerjaannya, dan besok pagi adalah hari pertama ia bekerja di dinas kesehatan pemerintah Verishotike. Kaupun tersenyum melihat ayahku yang begitu sibuk melihat-lihat arsipnya sendiri, dan aku sendiri tak tahu apa yang dia cari.


Rabu malam, 11 februari pukul 18.30
Karna bosan aku pun berencana untuk melihat-lihat kota Verihotike pada malam hari, sungguh luar biasa. Banyak bintang yang bertaburan di langit Verishotike membuat aku teringat kembali keindahan danau Rushem yang aku tinggalkan, dan tentunya akupun teringat dengan gadis kecilku. Ternyata aku salah menilai Verishotike, yang tadinya aku menjuluki bahwa kota ini adalah miniature dari neraka, yang kulihat pertama kali memang mengecewakan, tapi aku salah itu bukan lah Verishotike itu adalah desa Brigin perbatasan antara Rushem dan Verishotike. Verishotike adalah kota yang indah dan keunikannya sama dengan Rushem, memiliki suasana pedesaan yang segar dan memiliki padang rumput yang luas namun sayang dirumahku yang baru ini aku tidak bisa merasakan aroma pedesaan disebabkan rumahku terlalu dekat dengan pabrik industry kulit terbesar di Verishotike, jdai kalau aku ingin merasakan udara yang segar aku harus berjalan kira-kira seratus kilometer dari rumahku menuju Hitrhem padang rumput yang ada di Verishotike. Bedanya antara Rushem dan Verishotike terletak pada saat malam hari, Verishotike lebih unggul, karna keindahan dari ribuan bintang yang menghiasi langitnya.
Setelah berjalan hampir sepuluh menit akhinya aku sampai di Hithrem akupun duduk diatas rumput yang hijau kemudian menegadahkan kepalaku hingga kemudian berbaring mengarah kearah langit, begitu indah kudapati ribuan bintang yang bersinar, sampai sinarnya mampu menerangi kegelapan dari kota Verishotike. Suasana ini semakin mengingatkanku pada gadis kecilku.


Kamis menjelang siang, 16 july pukul 10.45
Sebelum aku memberikan surat ini kepada paman Fred aku kembali membuka amplopnya dan kubaca lagi isi suratku.

Teruntuk
Cryistaly gadis kecilku

“Apa kabar gadis kecilku”? Aku harap kau baik-baik saja…
Dan tentunya aku disini dalam kondisi yang teramat baik
“Crytaly, bagaimana dengan keadaan Rushem, keadaan sekolah dan keluargamu?” Aku berharap juga semuanya baik-baik saja!
Sudah lima bulan kita tidak bertemu Crsty, rasanya aku ingin cepat-cepat kem bali ke Rushem, dan menemuimu di danau dibawah pohon pinus tua, lalu kita berdua memendangi teratai putih yang dihinggapi merpati jingga seperti saat kita terakhir berpisah, “Cristy! Apakah kau ingat?”
Sekarang aku tinggal di Canyon Park Crsty!, sebuah perumahan kecil di sebelah barat Verishotike.
Kau tahu Crsty aku ingin sekali mengajak mu ke Verishotike! mungkin suatu saat nanti.
Aku ingin kau melihat bagaimana bintang bertaburan saat malam menyelimuti Verishotike, memang langit Rushem pun banyak akan bintang namu tak sebanyak dan seindah di Verishotike.
Bila malam aku menjuluki Verishotike kerajaan bintang kejora, dan setiap malam pula aku berbaring di padang rumput Hitrhem seraya memendangi jutaan cahaya bintang, dan selalu ada satu cahaya yang paling terang diantara bintang lainnya, yaitu…. kau gadis kecilku.
Terkadang aku tersenyum, menangis dan tertawa saat aku melihat bintang-bintang itu, entah itu kenapa? Yang jelas pastinya aku merindukan seseorang.
Crsty aku disini tak punya teman seorang pun, karena aku terlalu menyibukan diri dengan persoalanku sendiri, dan dengan permasalahan ku sendiri.
Jika aku ingin mengobrol, aku berbicara hanya dengan ayahku, tetanggaku, dan kasir swalayan bila aku harus membeli sabun yang sudah habis, dan terkadang aku mengobrol dengan diriku sendiri. Ya menurut sebagian orang aneh tapi tidak menurutku dan menurutmu! “Benar kan Crsty?”
“Oh iya, Cristy!” aku menulis surat ini hanya sekedar menunaikan kewajiban hatiku yang selalu teringat akan gadis kecilnya”
Aku menulis ini dengan getir kerinduan, dan kau tahu Crsty aku menulisnya ditemani senandung firehot pastinya yang berjudul you are my religion.
Aku ingin bertanya Cristy “apakah kau juga merindukanku?”
merindukan diriku yang penuh dengan kekurangan dan keanehan?”
“atau kau sudah melupakanku, melupakan semua tentang kemalangan diriku!” sebenarnya bagus jika kau sudah melupakanku, jadi kau tidak perlu harus rindu akan diriku, karna disetiap rindu itu selalu ada air mata, dan aku tidak ingin engkau mengeluarkan air mata
“Maaf Crsty aku bertanya dan mengutarakan hal yang seperti itu!” aku tak tahu mengapa harus bertanya dan mengutarakan hal yang begitu, mungkin itu hanya ketakutan ku saja.
Crsty aku sudahi dulu surat ku ini, bukan karna kehabisan kata-kata, lebih dikarenakan terlalu banyak yang yang harus diutarakan dengan kata-kata padamu seperti rinduku padamu ini, aku takut engkau kelelahan membacanya!
Aku inginkan engkau membalas suratku ini, itupun jika kau mempunyai waktu untuk membuatnya!
Aku tak akan lupa janjiku Crsty, untuk menemuimu Didanau Rushem, dibawah pohon pinus tua, walaupun sampai saat ini aku tak tahu kapankah aku harus menemuimuimu, tapi percayalah aku akan kembali!
“Sekian dulu gadis kecilku”
“Aku akan selalu merindukanmu!”




Kulipat kertas surat ini dan kumasukan kembali pada amplopnya, kulihat paman Fred sedang sibuk dengan pekerjaannya. Paman Fred berhenti sejenak dari kesibukannya karna dia melihat kedatnganku.
“ada yang bisa kubantu Freinsten” seperti biasa paman Fred tersenyum melihat kedatangan ku, paman Fred ini adalah tetanggaku yang biasa menyapaku saat pagi hari bila aku sedang duduk santai di teras luar rumah, jadi aku sudah tak asing lagi dengan paman Fred. keseharian paman Fred bekerja di perusahaan pos pemerintah Verishotike, dan aku tak tahu dia menjabat sebagai apa disana , karena memang itu bukan urusanku.
“aku ingin mengirim surat ini paman” aku membalas senyumnya, dan memberikan suratku padanya.
“oh..jadi kau ingin mngirim surat” sambil dia melihat amlop surat. “kepada Crystaly, perumahan Greenfield Blok F nomor lima belas Verishotike”. “Freinsten, kau sudah tiga kali mengirim surat ke alamat ini, pasti surat ini kau tujukan pada seseorang yang spesial di hatimu ya?”
“begitulah paman” aku menjawab tanpa ragu.
“baiklah buatmu akan kukirim surat ini lebih cepat” lalu dia mencap suratku.
Akupun tersenyum padanya “terimakasih banyak paman!”
Dia pun memegang pundakku “itulah gunanya tetangga,Freinsten” “dan tentunya aku juga pernah muda” sambil tertawa padaku.
Aku pun tertawa mendengarnya, “ya, paman pasti kau merasakan muda, mana mungkin kau terlahir langsung dengan kondisimu saat ini” mendengar ucapanku dia tertawa kembali.
Setelah tertawanya mereda, “ada yang bisa kubantu lagi Freinsten?”
“tidak paman. Kedatanganku hanya untuk itu saja” “sekarang aku mau jalan-jalan ke Hitrhem ,paman”
“oh, ya tentu saja,Freinsten “”semoga harimu terus bahagia” sambil kembali merapikan surat yang berceceran.
“terimakasih banyak paman””aku pergi”. Sambil tersenyum padanya.

Aku keluar dari kantor pos paman Fred, dan aku tak tahu sekarang mau berencana pergi kemana, yang jelas sekarang ini aku akan pergi ketempat yang biasa membuatku bisa duduk nyaman.

Bersambung…. Nantikan kelanjutannya, makanya pantengin terus my blog www.sherlockzeta.blogspot.com

Tidak ada komentar: