Gelimang Dosa
Ingin bersama dengan jantung kefanaan dia turuti dengan rasa iba.
Menyalak bagai gagak yang kehilangan tonggak seraya berlari mengejar duri salak.
Tembikar kadang jadi saksi diantara perjanjian hidup dan mati para pengukir dosa.
Walau keringat darah dan air mata nanah dirasakanya namun semua itu bukanlah penghalang biji dosanya.
Kerinduan akan Tuhan selalu datang dan kemudian ditepis dalam khayalan keimanan.
Selalu setia dalam hamparan neraka.
Selaput Mata Anak-anak Gelandangan
Kenapa para eksekutif tua tak pernah mau bersuara?
Para dewan kapitalisme yang terhormat sebenarnya apa yang kau utarakan?
Aku bernyanyi disini kenapa kau tak dengarkan!
Aku susah kenapa kau tak ikut susah?
Aku senang itu sudah pasti kalian bersenang-senang!
Wahai para pembesar yang di besarkan harta!
Aku meminta agar kalian memperbaiki moral bangsa yang porak poranda.
Pelabuhan Tua
Gemuruh suara kapal bergema menghampar keseluruh bongkahan besi tua!
Pengemis yang lupa tertidur pulas! Hingga dia pun mati di dermaga.
Ringkih para lelaki baja berjuang mengelus dada demi sepotong daging rusa!
Matahari kian merona sedangkan para ibu menangis terluka
REKLAME PERASAAN HATIKU Ketika aku termakan cinta buta, tak tahu apa yang harus kulakukan. kadang hal ini membuat diriku menjadi kelabu dalam kesakitan. Inginku semua ini hanya sebuah reklame yang dapAt dirubah dan sesuaikan dengan tema hatiku, tapi sayangnya ini bukan! Perasaanku ini telah melebihi kapasitas kasih sayang yang dapat ku pendam, aku tak menuduh bahwa ini adalah yang dinamakan cinta aku hanya tahu ini adalah gejolak emosionalitas seorang lelaki yang tak berdaya dalam memendam perasaan gejolak hati. Jika aku seorang merpati mungkin saat ini aku sudah terbang melewati pulau kasih sayang dan aku akan mencari cinta suci di dahan pelangi asmara. Namun aku sadar sekarang aku bukanlah seekor merpati yang mempunyai sayap aku tak ayal adalah sebatang tangkai mawar yang layu yang tersapu oleh angin kepedihan yang kemudian terjatuh dalam pasir tangisan seorang bidadari yang terluka gigitan kucing liar. Aku sbenarnya ingin tertawa diatas kepedihan ini namun semuanya tak bisa kulakukan selain merenung dalam kebodohan hati yang tak kunjung hilang. Aku terus merenung dan mencari apakah aku terkena wabah penyakit cinta atau sindrome ketakutan mental karna perasaanku pada wanita. Bersama serangkaian angin, dan ditemani iringan paragraf mesra aku ingin bertatap jiwa dengan kesendirian yang tak pernah berakhir. Seandainya saja waktu bisa diulang seperti halnya sebuah kaset, akan kuputar ulang waktu ini dan aku akan menjalani hidup tanpa adanya perasaan cinta, akan kepenuhi hidup ii dengan perasaan gembira tapi jauh dengan cinta. tapi apakah kita bisa bahagia apabila tanpa cinta? Aku sadar bahwa manusia akan selalu bahagia bersama cinta , tapi cinta yang bagaimana?. Sperti halnya aku saat ini mungkin aku bisa dikatakan kesakitan karna mengenal cinta. Mungkin aku naif! aku mencoba untuk menjdi manusia egoistik yang merana hanya karna cinta. Aku juga mungkin adalah lelaki yang berpusat pada kebahagian perasaan orang lain yang terkadang membiarkan perasaanku sendiri yang menjadi korban. Sekarang aku selalu mencurahkan perasaanku ini kepada langit malam yang dihiasi malaikat-malaikat cinta yang selalu setia mendengarkan ocehan jiwaku ini. Jika aku dapat mendengar mereka mungkin mereka akan menasihatiku dengan berbagai prosa cinta yang indah bagai burung merak yang dihiasi anggrek surga. Aku malu.....aku bingung........aku merintih dengan benalu percintaan yang tak dapat dikoreksi dengan perbuatanku sendiri. Mungkin ini semua akan aku jadikan sebuah hikmah yang indah dalam kehidupanku suatu hari nanti. Aku akan selalu meincintaimu dengan serpihan debu kasih sayang dengan segumpal cinta. Aku merindukanmu bagai mata air yang menyusuri bintang hati kecil dewi bumi. Aku akan mengasihimu tanpa segenggam kecemasan yang selalu menghantuimu........aku akan datang menemui di dalam kelelapan tidurmu di sepanjang sungai permata yang menghiasi senyumu.
TITIK PUTIH
Titik putih yang aku cinta!.......aku inginkan kau memeluku dalam kerinduan...... Titik putih yang aku damba!.....aku ingin berlari dengan mutiara pasir hitam yang membawa bunga cinta........... Titik putih yang menawan!.......tidurlah kau bersama rintihan merdu bidadari surga... Titik putih yang aku idamkan!........bawalah cemara hatiku tertuju pada hatimu....... Titik putih yang aku impikan!........dampingi aku, temani aku dalam kegelapan dan bawa diriku pada mentari pagi yang tertawa lepas kepadaku...... Titik putih ijinkan aku untuk menangis dipangkuanmu!
KELELAWAR SENJA
Sayap-sayap kelabu menjadi hiruk pikuk dalam keadaan zaman. Rahang-rahang tipis bergelora di mega mendung yang termakan jari angin. Liukan tanah, liukan laut menghimpit ekorku dengan badai fatamorgana. Mangsa kulihat dipelipis pohon-pohon yang melakonkan drama. Tetapi tersadar akupun termangsa oleh remang-remang senja yang membakar kulitku karna panasnya jeratan dosa. Aku terbakar dan makin terbakar dengan kerasnya batu neraka yang tersemayam didunia. Dan akhirnya aku mati dalam doa dan dusta.
Ramadhan di dalam Rerumputan Zaman
Berbuih perasaan rindu akan datangnya suatu zaman keemasan. Manusia tertunduk dalam lingkaran setan yang menyeringai didalam keraguan. Ya Allah berilah kami butiran air mata surga yang dititikan oleh rasul sang manusia pecinta. Timur menjadi barat dan utara menjadi selatan. Merenung dengan bahasa qalbu yang tergerak karana ringannya dosa-dosa.
Ramadhan didalam Rerumputan Zaman (II)
Imlpisit getaran makna dalam ritual menahan diri. Ingin diriku melebarkan sayap-sayap pahala yang tidak termakan oleh usia. Rona senja yang terukir bebas di dalam gurat zaman keemasan, taka ayal para pendeta berbondong-bondong memasuki halaman masjid. “Ingat hai para manusia akan datangnya suatu hari dimana kamu tidak bisa bersembunyi” Hanya sekedar bulan mereka takut, ketika hilang bulan mereka kembali menjai seorang penebus dosa.
|